Jumat, 02 September 2011

Tekonologi Hijau

Saat ini seolah kita dilenakan oleh berbagai kemudahan dari produk teknologi. Teknologi telah memberikan berbagai kemudahan kapada masyarakat terhadap sumber daya. Dalam bukunya yang berjudul “The World is Flat” Thomas L. Friedman mengatakan bahwa, dunia dewasa ini telah berubah menjadi sebuah “dunia yang datar”, dimana teknologi memegang peranan penting dalam memfasilitasi manusia dalam melakukan berbagai aktivitas tanpa batasan. Dengan teknologi manusia akan dengan mudah bertransaksi dan berkolaborasi dimana semua aktivitasnya berujung kepada peningkatan perekonomian dunia.


Tanpa disadari, berbagai kemudahan ini adalah produk dari jenis teknologi yang dikategorikan “red teknologi” yang merupakan teknologi yang masih membutuhkan sumber daya energi dalam mengoperasikannya. Hal ini mengacu pada bahan energi yang digunakan saat ini masih bersumber dari minyak, batubara dan bahan tambang lainnya. Penemuan-penemuan terbaru mengenai teknologi selalu mengacu kepada penemuan teknologi untuk mengeksploitasi sumber daya yang dinilai ekonomis tersebut (baca : bahan tambang). Minyak bumi, batubara, hinggga budidaya tanaman monokultur terus-menerus dieksploitasi guna memenuhi permintaan pasokan terhadap energi yang terus mengalami peningkatan akibat “mendatarnya dunia”. Sistem budidaya tanaman monokultur disebut-sebut sebagai sebuah eksploitasi sumber daya lahan, hal ini mengingat fungsi lahan sebagai suatu penyokong sustainabilitas keseimbangan ekologis harus dikorbankan.

Dalam bukunya Friedman menggunakan istilah “affluenza” yakni istilah untuk situasi dunia saat ini yang tengah mengalami peningkatan daya konsumtif dan ketergantungan terhadap produk teknologi, dalam hal ini “red technology”. Kita semestinya harus berusaha untuk tidak tergantung kepada pilihan sumber daya yang tak terbaharui dan mulai melirik inovasi-inovasi baru terkait penyediaan sumber energi. Jangan sampai kondisi zaman orde baru terulang lagi dimana kita terlalu tergantung kepada pendapatan dari hasil miyak bumi dan bahan tambang lainnya. Eksploitasi yang dilakukan secar terus-menerus dilakukan demi menyokong kebutuhan finansial pembangunan Negara. Kita harus berubah.

Teknologi saat ini belum mengacu kepada konsep “green technology” yang merupakan suatu inovasi kemajuan teknologi yang ramah lingkungan. Green technology is that in which the technology is environmentally friendly and is created and used in a way that conserves natural resources and the environment. Jika diartikan pengertian green technology atau teknologi hijau adalah suatu teknologi yang ramah lingkungan dimana diciptakan dan digunakan untuk tujuan konservasi sumberdaya alam dan lingkungan.

Teknologi hijau atau dapat disebut juga sebagai teknologi ramah lingkungan merupakan teknologi yang hemat sumberdaya lingkungan (meliputi bahan baku material, energi dan ruang), dan karena itu juga sedikit mengeluarkan limbah (baik padat, cair, gas, kebisingan maupun radiasi) dan rendah risko menimbulkan bencana. Teknologi hijau juga termasuk aplikasi teknologi yang dapat memberikan kepuasan penggunanya dengan sumber daya lingkungan yang lebih rendah. Sebelum kesadaran ekologi muncul, orang hanya berpikir ekonomi. Teknologi yang diterapkan adalah yang termurah dari sudut ekonomi, menggunakan sumberdaya alam maupun sumber daya manusia yang murah walaupun dari sudut ekologi bisa saja dinilai mahal. Hal ini karena sistem ekonomi masih jarang menilai lingkungan dengan harga yang wajar.

Terdapat 6 (enam) sumber energi yang dapat dimanfaatkan dalam teknologi hijau, yaitu:
  1. Angin, merupakan energi gerak yang secara konvensional sudah digunakan sejak dulu
  2. Biofuel, teknologi ini dinilai mempunyai proses yang panjang dan bertingkat dalam menghasilkan energi. Alga yang dinilai secara genetik dapat menghasilkan bahan bakar minyak, namun secara ekonomi belum memperlihatkan potensi komersialnya. Berbagai penelitian masih mengarah kepada optimalisasi penggunaan alga sebagai sumber energi hijau.
  3. Tenaga ombak, mempunyai potensi sebagaimana tenaga air yang telah dikembangkan dalam PLTA. Namun, penggunaan omabak belum meluas walaupun analisis secara financial menunjukkan potensi yang besar
  4. Tenaga nuklir, yakni energi yang berasal dari reaksi atom. Teknologi ini sudah digunakan oleh beberapa Negara maju. Namun, isu bahaya nya sepertinya lebih kuat daripada kegunaannya.
  5. Energi panas bumi, penggunaan geoterma yang konvensional hanya berupaya mengeluarkan panas yang berada di permukaan bumi. Jika dilakukan pengkajian lebih lanjut, energi panas bumi dapat menjadi sumber energi yang ekonomis.
  6. Penggunaaan energi surya, matahari adalah sumber energi terbesar dan utama bagi kehidupan kita, kita dapat memanen energi matahari secara cuma-cuma dan dengan teknologi yang sederhana. Indonesia sebagai negara yang terletak tepat dibawah garis katulistiwa mempunyai periode untuk memanen matahari lebih besar baik secara kuantitas maupun kualitasnya dibanding dengan kawasan yang tidak dilintasi oleh garis katulistiwa, oleh karena itu penggunaan energi matahari dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang paling “dekat” untuk bisa kita manfaatkan sebagai sumber energi.



Sebuah laporan disusun Roland Berger Strategy Consultants, sebuah perusahaan global yang berbasis di Jerman. Timnya mengumpulkan data 38 negara dari berbagai asosiasi energi, laporan bank dan broker, presentasi investor, Badan Energi Internasional, dan sumber lain. Pendapatan diukur dari produksi energi terbarukan seperti biofuel, turbin angin dan peralatan termal, dan teknologi efisiensi energi seperti pencahayaan rendah energi dan insulasi.

Posisi pertama yang memproduksi teknologi hijau adalah Denmark. Negara itu keluar sebagai jawara dengan memproduksi kincir angin dan berbagai teknologi ramah lingkungan lain. Namun, itu semua tidak berhasil mengalihkan pusat perhatian yang kini tengah menyoroti Cina. Menurut laporan yang dirilis World Wildlife Fund for Nature, pertumbuhan "teknologi hijau" di Negara Cina telah tumbuh dengan luar biasa, sekitar 77 persen setahun. "Cina telah membuat, pada tingkat politik, keputusan penting dan sadar untuk menangkap pasar teknologi hijau ini dan untuk mengembangkan pasar ini dengan sangat agresif," kata Donald Pols, ekonom yang menyertai WWF, seperti dilansir Associated Press, Ahad (8/5).

Bagi sebagian besar masyarakat Cina, perubahan iklim bukan suatu isu ideologis. Bagi mereka perubahan iklim adalah fakta kehidupan. Perdebatan menganai perubahan iklim dan transisi menuju karbon rendah sudah dilewatkan di Cina. Cina berhasil mengalahkan Amerika Serikat dalam persaingan produksi teknologi ramah lingkungan ini. Amerika Serikat harus puas menempati urutan ke-17 dari 38 negara yang dianalisis.

Dalam hal pemakaian ‘red teknologi’ (bahan bakar minyak-red), Negara Amerika Serikat masih bergantung 85% kebutuhan energy dari bahan bakar miyak. Hal ini berkebalikan dengan Swedia dimana pemakaian bahan bakar minyak di Negara ini telah dikurangi menjadi 15%. Sejak tahun 2000 sebagian besar kendaraan di Swedia telah menggunakan ethanol yang diperoleh dari tebu dan selulosa lainnya. Yang menarik, adalah semua perubahan tersebut dilakukan oleh public dan pihak swasta. Tidak ada campur tangan pihak pemerintah dalam pengambilan kebijakan pemakaian teknologi hijau tersebut. Hal tersebut semata-mata sebuah pengambangan inovasi baru dalam teknologi yang diproduksi dan dipasarkan ke masyarakat.

Sebuah perubahan terhadap pola fikir penggunaan teknologi harus segera dilakukan. Hal ini dapat diatasi dengan adanya kesadaran dari semua pihak untuk mencari dan menggunakan teknologi hijau yang tiada lain untuk aksi penyelamatan lingkungan secara global. Namun, hal ini sepertinya memerlukan suatu perubahan terhadap paradigma yang sangat besar, seperti yang pernah diutarakan oleh Johns Hopkins, seorang pakar kebijaksanaan luar negri dari University Michael Madelbaum, bahwa “orang tidak akan berubah ketika kita mengatakan bahwa mereka harus berubah. Mereka akan berubah ketika mereka sadar bahwa mereka harus berubah”. Untuk itu, kita tidak bisa hanya mengatakan bahwa Negara kita harus segera mengubah konsep teknologi, kesadaran untuk mengubah konsep teknologi sendirilah yang harus kita dihidupkan.

(dikutip dari berbagai sumber)