Selasa, 17 April 2012

Ketika Menangis


Tuhanku….
ketika hati menangis, hanya kau saja yang tahu
Tuhanku….
Ketika mereka meninggalkan aku sendiri
Ketika dunia tiada simpati, Kau tetap mendengar rintihanku
PadaMu tempatku menagih kasih
Tuhanku….
Ketika aku dalam kesusahan, dalam kesendirian dihimpit cobaan
Kau beri aku kesabaran, pengalaman mengajar arti kematangan
Kau membuka pintu hatiku, untuk memberi maaf
Pada mereka yang pernah melupakanku
Tuhanku….
Ketika aku buntu
Kau berikan aku kekuatan, kau tunjukkan aku jalan
Kau tak biarkan aku sendirian
Tuhanku….
Yang Maha Pengasih, Rahmatmu tak terkira
Syukurku melangit pun tak tercapai
Sungguh aku merasa berdosa karena dulu sering lalai
Semoga penyesalanku Kau terima

Pesan Cinta Seorang Ibu Untuk Anaknya



“Dulu, ketika aku menikah, tidak pernah berpikir punya anak seperti apa, gimana jaganya, biayainya sekolah hingga lulus kuliah nanti… tapi kujalankan saja…

Ketika melahirkan dirinya, hampir diriku menyerah, tapi demi melihatnya lahir ke dunia ini, tumbuh besar dan menjadi anak yang berguna, aku terus berjuang, walaupun harus berkorban diri ini demi kehadiran dirinya di dunia ini…
Dia telah lahir ke dunia ini, pertama kali melihatnya, ada perasaan bergejolak di diriku, aku terharu dan bangga sekali bisa membawanya ke dunia ini, aku berjanji, apapun yang terjadi, gimanapun susahnya hidup ini, anak ini harus kubesarkan dengan kedua tanganku…

Tidak mudah untuk membesarkan dirinya, dia bandel sekali ketika kecil, suka bermain lupa waktu, berteman dengan anak-anak nakal,tidak mau makan, susah disuruh mandi.. Ketika besar, dia merasa diriku terlalu membatasi dirinya, ini tidak boleh, itu tidak boleh, dia juga merasa aku terlalu kolot, ketinggalan jaman, tidak mengerti apa maunya, tidak setuju terhadap setiap kelakuannya…

Kadang sakit hati sekali diriku ini, tapi ingat ketika pertama kali menggendongnya, ketika melahirkannya, semua sakit ini hilang seketika… dia adalah anakku, anak kesayanganku…

Aku telah berjanji akan membesar dirinya, apapun yang terjadi, rintangan apapun yang kuhadapi, karena dia anakku… Harapanku besar kelak dia bisa menjadi anak yang berguna… Aku cinta padamu, anakku…

Karena kau lah, yang memberikan kekuatan pada diriku, membuatku mau bekerja keras pagi-siang-sore-malam, tidak takut akan sakit, derita.. Karena kehadiran dirimu lah membuat diriku ada artinya, bisa membesarkan dirimu dan mendengarkanmu memanggilku IBU, sungguh senang rasanya hati ini…

Aku tidak berharap banyak, hanya suatu saat, ketika dirimu sudah besar, kamu dapat menjadi anak yang baik, bisa hidup yang enak. Ibu mungkin sudah tua, tidak bisa hidup lama lagi, badanku ini sekarat, kerutan muka sudah banyak, perjalananku tidak lama lagi.

Anakku, jika kamu bekerja keras, tidak perlu sampai memberikan rumah yang bagus, uang yang banyak, semuanya itu untuk dirimu saja. Ibu hanya berharap kamu mau menyisihkan sedikit waktumu untuk menemani masa-masa tua ibu, bisa disamping ibu dan ngobrol dengan ibu, itu sudah lebih dari cukup…

Ibu Bangga denganmu, nak, mungkin tidak pernah terucap lewat kata, tapi ini ibu rasakan dari lubuk hati yang dalam… Maafkan jika selama ini ibu pernah marah denganmu, memukulimu, melarangmu ini itu, semua ini demi kebaikanmu, nak…

Ibu Cinta padamu… dari dulu, sekarang, dan selamanya…”

(repost dari Pasonline 247)

Jumat, 09 Maret 2012

BUDIDAYA PADI (Oryza sativa) DI INDONESIA

Padi awalnya dibudidayakan di daerah pelembahan Asia daratan (Thailand, Burma, Laos, India, dan lain-lain). Budidaya padi ini kemudian menyebar ke berbagai daerah lainnya, baik tropika maupun subtropika, termasuk Indonesia. Padi tidak hanya ditanam sebagai padi sawah, namun ada juga sebagai padi gogo atau padi ladang. Pola pertanaman kedua jenis padi ini jelas berbeda, demikian juga tingkat kesesuaian lahannya. Namun, varietas-varietas tertentu dapat ditanam pada kedua sistem tersebut.
Menurut Ahn (1993) dalam Situmorang dan Sudadi (2001), terdapat 5 (lima) pola pertanaman padi yang utama didaerah tropik, yaitu : irigasi, tadah hujan, sebar langsung pada sawah irigasi, padi apung, dan pemanfaatan air hujan di daerah dataran tinggi/daerah berbukit.
       Umumnya padi ditanam pada lahan yang disebut sawah. Sawah adalah tanah yang dibatasi dengan pematang yang digunakan sebagai area penanaman padi yang diairi dengan pengairan teknis atau tadah hujan. Pada musism-musim tertentu, sawah tidak hanya digunakan untuk bertanam padi, tapi juga digunakan untuk bertanam palawija. Istilah sawah bukan merupakan taksonomi, akan tetapi merupakan istilah yang menggambarkan jenis penggunaan tanah, hal ini dapat disejajarkan dengan istilah Forest soil dan grasslandsoil. 
        Di Indonesia, sawah diusahakan pada jenis-jenis tanah : Entisol, Inceptisol, Vertisol, Alfisol, Ultisol, dan Histosol, yang menyebar luas di Jawa, Bali, Lombok, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi (terutama Sulawesi Selatan). Sifat-sifat tanah tersebut apabila disawahkan sangat dipengaruhi oleh suber bahan asalnya. Menurut Supraptohardjo dan Suharjo (1970) dalam Situmorang dan Sudadi (2001), jenis tanah yang banyak digunanakan untuk persawahan adalah Aluvial dan Gleisol. Hal ini disebabkan faktor air dan fisiografinya yang paling memungkinkan. Jenis tanah lainnya umumnya terdapat pada fisiografi berombak sampai berbukit, sehingga kurang memungkinkan untuk disawahkan. Namun, akhir-akhir ini telah banyak lahan yang dibuka untuk persawahan pada daerah-daerah berlereng dengan pembuatan teras-teras, walaupun luasannya relatif sempit.
            Umumnya tanah sawah di Indonesia berasal dari lahan kering dan lahan rawa-rawa. Tanah sawah yang berasal dari lahan kering terdapat di daerah datar hingga berbukit, kadang-kadang sampai bergunung. Pembuatan teras dilakukan pada tanah-tanah seperti ini, kemudian lahan diairi dengan air irigasi atau air hujan. Sawah seperti ini banyak terdapat di Jawa, Bali, Lombok, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan. Sedangkan tanah sawah yang berasl dari lahan rawa-rawa dapat berupa sawah lebak dan sawah pasang surut. Sawah seperti ini banyak dijumpai di Riau, Jambi, Sumatera Selatan dan Kalimantan.
            Persyaratan utama dalam penggunaan suatu lahan untuk dijadikan sawah adalah ketersediaan air. Persyaratan tersebut kemudian dikembangkan untuk kepentingan pendugaan produksi, perencanaan dan pengadaan sarana produksi, sehingga faktor-faktor persyaratan tersebut diperinci. Menurut Dent (1978), usaha penetapan kualitas lahan untuk penggunaan tertentu ditentukan oleh faktor-faktor berikut :
  1. Topografi : kemiringan lahan, dalam profil efektif, tebal lapisan olah
  2. Fisik tanah : tekstur tanah, mineral liat, permeabilitas, perkolasi, daya olah tanah
  3. Karakteristik air tanah : kandungan air tanah, muka air tanah, drainase, genangan air/banjir
  4. Kimia tanah : kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, pH, bahan organik, hara tersedia, potensi redoks.
  5. Faktor pembatas : lapisan sulfur, lapisan laterit, kemasaman, salinitas, alkalinitas, konduktivitas. 

Di Indonesia permasalahan yang sering terjadi pada tanah yang disawahkan antara lain :  iklim (musim kemarau), topografi (hubungannya dengan tingkat bahaya erosi), dan sifat tanah (kandungan hara yang tidak seimbang).
Pada daerah-daerah dengan curah hujan rendah atau tidak memiliki saluran irigasi, pola penanaman padi umumnya disesuaikan dengan ketersediaan air, yaitu air hujan. Pola budidaya padi yang diterapkan adalah tadah hujan. Pola ini banyak diterapkan di daerah Indonesia bagian timur, dan daerah lain yang tidak terdapat jaringan irigasi.
Pada pola tadah hujan, pengolahan tanah dilakukan pada akhir musim kemarau, hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhan padi, terutama pada awal pertumbuhan. Pengolahan tanah dilakukan dengan pembuatan galangan-galangan untuk dapat menahan kehilangan air melalui aliran permukaan (run off). Selain itu, petani juga membuat tempat penampungan air hujan (embung) sebagai cadangan air irigasi. Penanaman padi umumnya dilakukan dengan cara tugal yang dilakukan setelah hujan turun beberapa kali sehingga pada saat padi muali tumbuh petakan sudah tergenang air.
Pola budidaya lain yang dapat ditemukan di Indonesia adalah padi lebak (rawa non pasang surut). Genangan air pada lebak sangat tergantung pada musim. Pada tipe lahan tertentu, genagan hanya terjadi pada musim hujan saja. Faktor pembatas utama untuk budidaya padi pada lahan ini adalah genangan air (bahaya banjir). Untuk mengatasi bahaya banjir, petani membangun tanggul-tanggul pencegah banjir. Tanggul-tanggul ini dubuat sepanjang sungai. Saluran irigasi dibuat di belakang tanggul-tanggul penahan banjir. Saluran irigasi tersebut dibuat untuk menampung aliran permukaan dari lahan, pada saatnya air ini akan digunakan kembali sebagai sumber irigasi pada petakan sawah. Pada pola budidaya padi di lahan lebak, penanaman padi dilakukan pada akhir musim hujan, yaitu pada saat air genangan mulai turun. Lebak biasanya tidak akan ditanami bila genangannya masih tinggi. 
Keragaman kondisi fisik lahan dan sosial masyarakat sangat mempengaruhi pola budidaya padi dan aplikasi teknologi yang diterapkan. Sehingga tipe penggunaan lahan untuk padi di Indonesia sangat beragam.


Kamis, 09 Februari 2012

Permata untuk Ibu

Sampai juga aku pada hari ini. Ini adalah titik perjuanganku dikota Bogor, tempatku menemukan jati diri dan tempat menolak ukur diriku. Kini aku telah lalui semua yang ingin aku capai. Kewajiban dari perjanjian untuk menyelesaikan masa pengajaran telah aku selesaikan, walaupun memakan waktu yang lebih dari semestinya, tapi aku puas, karena banyak yang aku dapatkan disini. Satu sisi, tanggung jawabku telah terpenuhi. Entah kenapa aku telah merasa cukup dengan semua ini. Terkadang aku ingin waktu ini dipercepat untuk segera berada disampingNYA. Tak ada hal lain yang lebih mendamaikanku selain di sisiNYA, sepertinya…

Ibuku… kini telah punya permata yang bersinar. Permata yang telah kami asah bersama hingga sinar terangnya bisa terlihat. Ibuku… betapa ingin aku selalu disampingnya.. tapi apakah aku masih bisa? Aku tidak bisa menjadikan diriku layaknya permata… aku tak dapat memberikan sinar terang yang selama ini engkau idamkan. Ibuku… betapa ingin aku melihatmu selalu tersenyum… tersenyum melihat kebahagiannku.. tapi aku tak bisa memberikannya. Ibuku… andai kau tahu anakmu yang angkuh ini adalah orang yang kerdil.. hanya batu sungai yang tidak dapat diasah menjadi permata. Apa yang bisa diberikan dari sebutir batu sungai, itu yang akan ku berikan untuk mu ibu, walau itu tak senilai dengan sebutir permata.
Ibuku… maafkan aku…