Selasa, 17 April 2012

Ketika Menangis


Tuhanku….
ketika hati menangis, hanya kau saja yang tahu
Tuhanku….
Ketika mereka meninggalkan aku sendiri
Ketika dunia tiada simpati, Kau tetap mendengar rintihanku
PadaMu tempatku menagih kasih
Tuhanku….
Ketika aku dalam kesusahan, dalam kesendirian dihimpit cobaan
Kau beri aku kesabaran, pengalaman mengajar arti kematangan
Kau membuka pintu hatiku, untuk memberi maaf
Pada mereka yang pernah melupakanku
Tuhanku….
Ketika aku buntu
Kau berikan aku kekuatan, kau tunjukkan aku jalan
Kau tak biarkan aku sendirian
Tuhanku….
Yang Maha Pengasih, Rahmatmu tak terkira
Syukurku melangit pun tak tercapai
Sungguh aku merasa berdosa karena dulu sering lalai
Semoga penyesalanku Kau terima

Pesan Cinta Seorang Ibu Untuk Anaknya



“Dulu, ketika aku menikah, tidak pernah berpikir punya anak seperti apa, gimana jaganya, biayainya sekolah hingga lulus kuliah nanti… tapi kujalankan saja…

Ketika melahirkan dirinya, hampir diriku menyerah, tapi demi melihatnya lahir ke dunia ini, tumbuh besar dan menjadi anak yang berguna, aku terus berjuang, walaupun harus berkorban diri ini demi kehadiran dirinya di dunia ini…
Dia telah lahir ke dunia ini, pertama kali melihatnya, ada perasaan bergejolak di diriku, aku terharu dan bangga sekali bisa membawanya ke dunia ini, aku berjanji, apapun yang terjadi, gimanapun susahnya hidup ini, anak ini harus kubesarkan dengan kedua tanganku…

Tidak mudah untuk membesarkan dirinya, dia bandel sekali ketika kecil, suka bermain lupa waktu, berteman dengan anak-anak nakal,tidak mau makan, susah disuruh mandi.. Ketika besar, dia merasa diriku terlalu membatasi dirinya, ini tidak boleh, itu tidak boleh, dia juga merasa aku terlalu kolot, ketinggalan jaman, tidak mengerti apa maunya, tidak setuju terhadap setiap kelakuannya…

Kadang sakit hati sekali diriku ini, tapi ingat ketika pertama kali menggendongnya, ketika melahirkannya, semua sakit ini hilang seketika… dia adalah anakku, anak kesayanganku…

Aku telah berjanji akan membesar dirinya, apapun yang terjadi, rintangan apapun yang kuhadapi, karena dia anakku… Harapanku besar kelak dia bisa menjadi anak yang berguna… Aku cinta padamu, anakku…

Karena kau lah, yang memberikan kekuatan pada diriku, membuatku mau bekerja keras pagi-siang-sore-malam, tidak takut akan sakit, derita.. Karena kehadiran dirimu lah membuat diriku ada artinya, bisa membesarkan dirimu dan mendengarkanmu memanggilku IBU, sungguh senang rasanya hati ini…

Aku tidak berharap banyak, hanya suatu saat, ketika dirimu sudah besar, kamu dapat menjadi anak yang baik, bisa hidup yang enak. Ibu mungkin sudah tua, tidak bisa hidup lama lagi, badanku ini sekarat, kerutan muka sudah banyak, perjalananku tidak lama lagi.

Anakku, jika kamu bekerja keras, tidak perlu sampai memberikan rumah yang bagus, uang yang banyak, semuanya itu untuk dirimu saja. Ibu hanya berharap kamu mau menyisihkan sedikit waktumu untuk menemani masa-masa tua ibu, bisa disamping ibu dan ngobrol dengan ibu, itu sudah lebih dari cukup…

Ibu Bangga denganmu, nak, mungkin tidak pernah terucap lewat kata, tapi ini ibu rasakan dari lubuk hati yang dalam… Maafkan jika selama ini ibu pernah marah denganmu, memukulimu, melarangmu ini itu, semua ini demi kebaikanmu, nak…

Ibu Cinta padamu… dari dulu, sekarang, dan selamanya…”

(repost dari Pasonline 247)

Jumat, 09 Maret 2012

BUDIDAYA PADI (Oryza sativa) DI INDONESIA

Padi awalnya dibudidayakan di daerah pelembahan Asia daratan (Thailand, Burma, Laos, India, dan lain-lain). Budidaya padi ini kemudian menyebar ke berbagai daerah lainnya, baik tropika maupun subtropika, termasuk Indonesia. Padi tidak hanya ditanam sebagai padi sawah, namun ada juga sebagai padi gogo atau padi ladang. Pola pertanaman kedua jenis padi ini jelas berbeda, demikian juga tingkat kesesuaian lahannya. Namun, varietas-varietas tertentu dapat ditanam pada kedua sistem tersebut.
Menurut Ahn (1993) dalam Situmorang dan Sudadi (2001), terdapat 5 (lima) pola pertanaman padi yang utama didaerah tropik, yaitu : irigasi, tadah hujan, sebar langsung pada sawah irigasi, padi apung, dan pemanfaatan air hujan di daerah dataran tinggi/daerah berbukit.
       Umumnya padi ditanam pada lahan yang disebut sawah. Sawah adalah tanah yang dibatasi dengan pematang yang digunakan sebagai area penanaman padi yang diairi dengan pengairan teknis atau tadah hujan. Pada musism-musim tertentu, sawah tidak hanya digunakan untuk bertanam padi, tapi juga digunakan untuk bertanam palawija. Istilah sawah bukan merupakan taksonomi, akan tetapi merupakan istilah yang menggambarkan jenis penggunaan tanah, hal ini dapat disejajarkan dengan istilah Forest soil dan grasslandsoil. 
        Di Indonesia, sawah diusahakan pada jenis-jenis tanah : Entisol, Inceptisol, Vertisol, Alfisol, Ultisol, dan Histosol, yang menyebar luas di Jawa, Bali, Lombok, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi (terutama Sulawesi Selatan). Sifat-sifat tanah tersebut apabila disawahkan sangat dipengaruhi oleh suber bahan asalnya. Menurut Supraptohardjo dan Suharjo (1970) dalam Situmorang dan Sudadi (2001), jenis tanah yang banyak digunanakan untuk persawahan adalah Aluvial dan Gleisol. Hal ini disebabkan faktor air dan fisiografinya yang paling memungkinkan. Jenis tanah lainnya umumnya terdapat pada fisiografi berombak sampai berbukit, sehingga kurang memungkinkan untuk disawahkan. Namun, akhir-akhir ini telah banyak lahan yang dibuka untuk persawahan pada daerah-daerah berlereng dengan pembuatan teras-teras, walaupun luasannya relatif sempit.
            Umumnya tanah sawah di Indonesia berasal dari lahan kering dan lahan rawa-rawa. Tanah sawah yang berasal dari lahan kering terdapat di daerah datar hingga berbukit, kadang-kadang sampai bergunung. Pembuatan teras dilakukan pada tanah-tanah seperti ini, kemudian lahan diairi dengan air irigasi atau air hujan. Sawah seperti ini banyak terdapat di Jawa, Bali, Lombok, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan. Sedangkan tanah sawah yang berasl dari lahan rawa-rawa dapat berupa sawah lebak dan sawah pasang surut. Sawah seperti ini banyak dijumpai di Riau, Jambi, Sumatera Selatan dan Kalimantan.
            Persyaratan utama dalam penggunaan suatu lahan untuk dijadikan sawah adalah ketersediaan air. Persyaratan tersebut kemudian dikembangkan untuk kepentingan pendugaan produksi, perencanaan dan pengadaan sarana produksi, sehingga faktor-faktor persyaratan tersebut diperinci. Menurut Dent (1978), usaha penetapan kualitas lahan untuk penggunaan tertentu ditentukan oleh faktor-faktor berikut :
  1. Topografi : kemiringan lahan, dalam profil efektif, tebal lapisan olah
  2. Fisik tanah : tekstur tanah, mineral liat, permeabilitas, perkolasi, daya olah tanah
  3. Karakteristik air tanah : kandungan air tanah, muka air tanah, drainase, genangan air/banjir
  4. Kimia tanah : kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, pH, bahan organik, hara tersedia, potensi redoks.
  5. Faktor pembatas : lapisan sulfur, lapisan laterit, kemasaman, salinitas, alkalinitas, konduktivitas. 

Di Indonesia permasalahan yang sering terjadi pada tanah yang disawahkan antara lain :  iklim (musim kemarau), topografi (hubungannya dengan tingkat bahaya erosi), dan sifat tanah (kandungan hara yang tidak seimbang).
Pada daerah-daerah dengan curah hujan rendah atau tidak memiliki saluran irigasi, pola penanaman padi umumnya disesuaikan dengan ketersediaan air, yaitu air hujan. Pola budidaya padi yang diterapkan adalah tadah hujan. Pola ini banyak diterapkan di daerah Indonesia bagian timur, dan daerah lain yang tidak terdapat jaringan irigasi.
Pada pola tadah hujan, pengolahan tanah dilakukan pada akhir musim kemarau, hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhan padi, terutama pada awal pertumbuhan. Pengolahan tanah dilakukan dengan pembuatan galangan-galangan untuk dapat menahan kehilangan air melalui aliran permukaan (run off). Selain itu, petani juga membuat tempat penampungan air hujan (embung) sebagai cadangan air irigasi. Penanaman padi umumnya dilakukan dengan cara tugal yang dilakukan setelah hujan turun beberapa kali sehingga pada saat padi muali tumbuh petakan sudah tergenang air.
Pola budidaya lain yang dapat ditemukan di Indonesia adalah padi lebak (rawa non pasang surut). Genangan air pada lebak sangat tergantung pada musim. Pada tipe lahan tertentu, genagan hanya terjadi pada musim hujan saja. Faktor pembatas utama untuk budidaya padi pada lahan ini adalah genangan air (bahaya banjir). Untuk mengatasi bahaya banjir, petani membangun tanggul-tanggul pencegah banjir. Tanggul-tanggul ini dubuat sepanjang sungai. Saluran irigasi dibuat di belakang tanggul-tanggul penahan banjir. Saluran irigasi tersebut dibuat untuk menampung aliran permukaan dari lahan, pada saatnya air ini akan digunakan kembali sebagai sumber irigasi pada petakan sawah. Pada pola budidaya padi di lahan lebak, penanaman padi dilakukan pada akhir musim hujan, yaitu pada saat air genangan mulai turun. Lebak biasanya tidak akan ditanami bila genangannya masih tinggi. 
Keragaman kondisi fisik lahan dan sosial masyarakat sangat mempengaruhi pola budidaya padi dan aplikasi teknologi yang diterapkan. Sehingga tipe penggunaan lahan untuk padi di Indonesia sangat beragam.


Kamis, 09 Februari 2012

Permata untuk Ibu

Sampai juga aku pada hari ini. Ini adalah titik perjuanganku dikota Bogor, tempatku menemukan jati diri dan tempat menolak ukur diriku. Kini aku telah lalui semua yang ingin aku capai. Kewajiban dari perjanjian untuk menyelesaikan masa pengajaran telah aku selesaikan, walaupun memakan waktu yang lebih dari semestinya, tapi aku puas, karena banyak yang aku dapatkan disini. Satu sisi, tanggung jawabku telah terpenuhi. Entah kenapa aku telah merasa cukup dengan semua ini. Terkadang aku ingin waktu ini dipercepat untuk segera berada disampingNYA. Tak ada hal lain yang lebih mendamaikanku selain di sisiNYA, sepertinya…

Ibuku… kini telah punya permata yang bersinar. Permata yang telah kami asah bersama hingga sinar terangnya bisa terlihat. Ibuku… betapa ingin aku selalu disampingnya.. tapi apakah aku masih bisa? Aku tidak bisa menjadikan diriku layaknya permata… aku tak dapat memberikan sinar terang yang selama ini engkau idamkan. Ibuku… betapa ingin aku melihatmu selalu tersenyum… tersenyum melihat kebahagiannku.. tapi aku tak bisa memberikannya. Ibuku… andai kau tahu anakmu yang angkuh ini adalah orang yang kerdil.. hanya batu sungai yang tidak dapat diasah menjadi permata. Apa yang bisa diberikan dari sebutir batu sungai, itu yang akan ku berikan untuk mu ibu, walau itu tak senilai dengan sebutir permata.
Ibuku… maafkan aku…

Jumat, 02 September 2011

Tekonologi Hijau

Saat ini seolah kita dilenakan oleh berbagai kemudahan dari produk teknologi. Teknologi telah memberikan berbagai kemudahan kapada masyarakat terhadap sumber daya. Dalam bukunya yang berjudul “The World is Flat” Thomas L. Friedman mengatakan bahwa, dunia dewasa ini telah berubah menjadi sebuah “dunia yang datar”, dimana teknologi memegang peranan penting dalam memfasilitasi manusia dalam melakukan berbagai aktivitas tanpa batasan. Dengan teknologi manusia akan dengan mudah bertransaksi dan berkolaborasi dimana semua aktivitasnya berujung kepada peningkatan perekonomian dunia.


Tanpa disadari, berbagai kemudahan ini adalah produk dari jenis teknologi yang dikategorikan “red teknologi” yang merupakan teknologi yang masih membutuhkan sumber daya energi dalam mengoperasikannya. Hal ini mengacu pada bahan energi yang digunakan saat ini masih bersumber dari minyak, batubara dan bahan tambang lainnya. Penemuan-penemuan terbaru mengenai teknologi selalu mengacu kepada penemuan teknologi untuk mengeksploitasi sumber daya yang dinilai ekonomis tersebut (baca : bahan tambang). Minyak bumi, batubara, hinggga budidaya tanaman monokultur terus-menerus dieksploitasi guna memenuhi permintaan pasokan terhadap energi yang terus mengalami peningkatan akibat “mendatarnya dunia”. Sistem budidaya tanaman monokultur disebut-sebut sebagai sebuah eksploitasi sumber daya lahan, hal ini mengingat fungsi lahan sebagai suatu penyokong sustainabilitas keseimbangan ekologis harus dikorbankan.

Dalam bukunya Friedman menggunakan istilah “affluenza” yakni istilah untuk situasi dunia saat ini yang tengah mengalami peningkatan daya konsumtif dan ketergantungan terhadap produk teknologi, dalam hal ini “red technology”. Kita semestinya harus berusaha untuk tidak tergantung kepada pilihan sumber daya yang tak terbaharui dan mulai melirik inovasi-inovasi baru terkait penyediaan sumber energi. Jangan sampai kondisi zaman orde baru terulang lagi dimana kita terlalu tergantung kepada pendapatan dari hasil miyak bumi dan bahan tambang lainnya. Eksploitasi yang dilakukan secar terus-menerus dilakukan demi menyokong kebutuhan finansial pembangunan Negara. Kita harus berubah.

Teknologi saat ini belum mengacu kepada konsep “green technology” yang merupakan suatu inovasi kemajuan teknologi yang ramah lingkungan. Green technology is that in which the technology is environmentally friendly and is created and used in a way that conserves natural resources and the environment. Jika diartikan pengertian green technology atau teknologi hijau adalah suatu teknologi yang ramah lingkungan dimana diciptakan dan digunakan untuk tujuan konservasi sumberdaya alam dan lingkungan.

Teknologi hijau atau dapat disebut juga sebagai teknologi ramah lingkungan merupakan teknologi yang hemat sumberdaya lingkungan (meliputi bahan baku material, energi dan ruang), dan karena itu juga sedikit mengeluarkan limbah (baik padat, cair, gas, kebisingan maupun radiasi) dan rendah risko menimbulkan bencana. Teknologi hijau juga termasuk aplikasi teknologi yang dapat memberikan kepuasan penggunanya dengan sumber daya lingkungan yang lebih rendah. Sebelum kesadaran ekologi muncul, orang hanya berpikir ekonomi. Teknologi yang diterapkan adalah yang termurah dari sudut ekonomi, menggunakan sumberdaya alam maupun sumber daya manusia yang murah walaupun dari sudut ekologi bisa saja dinilai mahal. Hal ini karena sistem ekonomi masih jarang menilai lingkungan dengan harga yang wajar.

Terdapat 6 (enam) sumber energi yang dapat dimanfaatkan dalam teknologi hijau, yaitu:
  1. Angin, merupakan energi gerak yang secara konvensional sudah digunakan sejak dulu
  2. Biofuel, teknologi ini dinilai mempunyai proses yang panjang dan bertingkat dalam menghasilkan energi. Alga yang dinilai secara genetik dapat menghasilkan bahan bakar minyak, namun secara ekonomi belum memperlihatkan potensi komersialnya. Berbagai penelitian masih mengarah kepada optimalisasi penggunaan alga sebagai sumber energi hijau.
  3. Tenaga ombak, mempunyai potensi sebagaimana tenaga air yang telah dikembangkan dalam PLTA. Namun, penggunaan omabak belum meluas walaupun analisis secara financial menunjukkan potensi yang besar
  4. Tenaga nuklir, yakni energi yang berasal dari reaksi atom. Teknologi ini sudah digunakan oleh beberapa Negara maju. Namun, isu bahaya nya sepertinya lebih kuat daripada kegunaannya.
  5. Energi panas bumi, penggunaan geoterma yang konvensional hanya berupaya mengeluarkan panas yang berada di permukaan bumi. Jika dilakukan pengkajian lebih lanjut, energi panas bumi dapat menjadi sumber energi yang ekonomis.
  6. Penggunaaan energi surya, matahari adalah sumber energi terbesar dan utama bagi kehidupan kita, kita dapat memanen energi matahari secara cuma-cuma dan dengan teknologi yang sederhana. Indonesia sebagai negara yang terletak tepat dibawah garis katulistiwa mempunyai periode untuk memanen matahari lebih besar baik secara kuantitas maupun kualitasnya dibanding dengan kawasan yang tidak dilintasi oleh garis katulistiwa, oleh karena itu penggunaan energi matahari dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang paling “dekat” untuk bisa kita manfaatkan sebagai sumber energi.



Sebuah laporan disusun Roland Berger Strategy Consultants, sebuah perusahaan global yang berbasis di Jerman. Timnya mengumpulkan data 38 negara dari berbagai asosiasi energi, laporan bank dan broker, presentasi investor, Badan Energi Internasional, dan sumber lain. Pendapatan diukur dari produksi energi terbarukan seperti biofuel, turbin angin dan peralatan termal, dan teknologi efisiensi energi seperti pencahayaan rendah energi dan insulasi.

Posisi pertama yang memproduksi teknologi hijau adalah Denmark. Negara itu keluar sebagai jawara dengan memproduksi kincir angin dan berbagai teknologi ramah lingkungan lain. Namun, itu semua tidak berhasil mengalihkan pusat perhatian yang kini tengah menyoroti Cina. Menurut laporan yang dirilis World Wildlife Fund for Nature, pertumbuhan "teknologi hijau" di Negara Cina telah tumbuh dengan luar biasa, sekitar 77 persen setahun. "Cina telah membuat, pada tingkat politik, keputusan penting dan sadar untuk menangkap pasar teknologi hijau ini dan untuk mengembangkan pasar ini dengan sangat agresif," kata Donald Pols, ekonom yang menyertai WWF, seperti dilansir Associated Press, Ahad (8/5).

Bagi sebagian besar masyarakat Cina, perubahan iklim bukan suatu isu ideologis. Bagi mereka perubahan iklim adalah fakta kehidupan. Perdebatan menganai perubahan iklim dan transisi menuju karbon rendah sudah dilewatkan di Cina. Cina berhasil mengalahkan Amerika Serikat dalam persaingan produksi teknologi ramah lingkungan ini. Amerika Serikat harus puas menempati urutan ke-17 dari 38 negara yang dianalisis.

Dalam hal pemakaian ‘red teknologi’ (bahan bakar minyak-red), Negara Amerika Serikat masih bergantung 85% kebutuhan energy dari bahan bakar miyak. Hal ini berkebalikan dengan Swedia dimana pemakaian bahan bakar minyak di Negara ini telah dikurangi menjadi 15%. Sejak tahun 2000 sebagian besar kendaraan di Swedia telah menggunakan ethanol yang diperoleh dari tebu dan selulosa lainnya. Yang menarik, adalah semua perubahan tersebut dilakukan oleh public dan pihak swasta. Tidak ada campur tangan pihak pemerintah dalam pengambilan kebijakan pemakaian teknologi hijau tersebut. Hal tersebut semata-mata sebuah pengambangan inovasi baru dalam teknologi yang diproduksi dan dipasarkan ke masyarakat.

Sebuah perubahan terhadap pola fikir penggunaan teknologi harus segera dilakukan. Hal ini dapat diatasi dengan adanya kesadaran dari semua pihak untuk mencari dan menggunakan teknologi hijau yang tiada lain untuk aksi penyelamatan lingkungan secara global. Namun, hal ini sepertinya memerlukan suatu perubahan terhadap paradigma yang sangat besar, seperti yang pernah diutarakan oleh Johns Hopkins, seorang pakar kebijaksanaan luar negri dari University Michael Madelbaum, bahwa “orang tidak akan berubah ketika kita mengatakan bahwa mereka harus berubah. Mereka akan berubah ketika mereka sadar bahwa mereka harus berubah”. Untuk itu, kita tidak bisa hanya mengatakan bahwa Negara kita harus segera mengubah konsep teknologi, kesadaran untuk mengubah konsep teknologi sendirilah yang harus kita dihidupkan.

(dikutip dari berbagai sumber)

Selasa, 30 Agustus 2011

Lebaran...


Jumat, 19 Agustus 2011

Tuntutlah Ilmu Sampai Ke Negeri China

Orang Barat itu hebat dalam hal penelitian dan penemuan. Mereka meneliti sampai bisa menemukan listrik, kereta api, silinder, dsb. Adapun masalah berdagang dan mencari rezeki, jagonya adalah China. Bangsa China ini pekerja keras dan pekerja cerdas. Ini terlihat dari kenyataan kalau ayahnya jualan kacang buntelan, maka pada saat anaknya nanti, usahanya sudah menjadi pabrik kacang. Untuk itu, pantaslah Cina menyandang predikat sebagai enterpreneurship nomer satu di dunia. Sedangkan kalau makan tapi tidak kerja, jagonya adalah orang Indonesia. Jadi, orang Indonesia itu maunya, kalau kerja tidak berkeringat, tapi kalau makan, harus berkeringat. Berarti di sini kita mengalami hambatan budaya untuk maju.

Seandainya ibadah, tauhid, dan akhlaq kita digandengkan dengan etos kerjanya orang China, maka saya kira, itulah yang dimaksud oleh Hadits Rasulullah SAW:

“Bekerjalah untuk duniammu, seakan-akan engkau hidup selamanya; dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari”

Orang China di sana jarang omong. Mereka ngomong seperlunya, karena pekerjaan lebih mereka dahulukan. Berbeda dengan disini, berbincang sudah menjadi tradisi yang sulit dihindari. Belum apa-apa kita sudah sarapan pagi dengan gossip sambil minum dan makan cemilan, hal ini bisa berlangsung berjam-jam. Bahkan ada budaya salah satu suku dimana kaum laki-laki seolah-olah diharuskan duduk berlama-lama di warung kopi, sekedar menambah pergaulan. Ini disebut dengan wasting time (menyia-nyiakan waktu), padahal di dalam Hadits disebutkan bahwa orang yang menyia-nyiakan waktu atau hidupnya, berarti dia sedang disia-siakan oleh Allah SWT.

Dalam hal etos kerja, Islam mengajarkannya melalui Hadist Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah SAW ditanya: "Rezeki apa yang paling baik?", beliau menjawab; "Rezeki terbaik adalah rezeki hasil tangannya sendiri". Kadang-kadang, karena orang tua masih cukup, maka seseorang nebeng kepada orang tua, sementara dia sendiri tidak ada mempunyai kreativitas; sehingga begitu ditinggal oleh orang tuanya, dia akan kelabakan.

Kembali ke China, dimana perusahaan-perusahaan besar milik orang China di Indonesia, rata-rata Grand Manager-nya berusia di bawah 40 tahun. Misalnya: Gudang Garam, Djarum, dsb. Perusahaan-perusahaan itu sudah tidak dipegang oleh ayahnya, karena ayahnya sudah menjadi konsultan, sedangkan yang menjadi eksekutif commite-nya adalah anak-anaknya.

Sebenarnya, perintah melihat bangsa China adalah bagian dari Hadits yang menyatakan bahwa hikmah itu adalah milik orang mukmin. Kalau hikmah itu kececer pada orang lain, maka hikmah itu adalah milikmu. Jangan karena tidak Islam, lalu kamu memusuhi mereka. Karena mutiara itu kececer dan dipegang oleh orang lain, maka ambil kembali hikah itu. Contoh: Penelitian itu kan perintah Islam, lalu kenapa kita tidak memakai hasil penelitian orang Eropa?. Dulu, sebelum orang Eropa maju, yang bisa meneliti dalam bidang kedokteran, matematika, gizi, dsb. diteliti oleh ulama'-ulama' Islam. Oleh karena itu, ambillah hikmah dari mana saja, asal hikmah itu benar menurut syariat Islam.

Jadi, tidak bagus kalau ada orang yang membeda-bedakan antara daerah Islam dengan daerah yang tidak Islam. Karena di daerah Islam itu ada tauhid, namun ada kelemahan; sedangkan di daerah yang tidak Islam, ada kekufuran, namun ada kelebihannya. Hanya saja, sampai hari ini, orang-orang Timur Tengah, masih juga membagi peta antara Negara Islam dengan Negara tidak Islam, padahal mutiara-mutiara Islam sebagai agama, telah tercecer di sana-sana, karena tidak dipegang oleh orang muslim di negara Islam itu sendiri.

Diantara Negara-negara maju, China memang special. Bagaimana tidak?! mereka punya sesuatu, tapi tidak mau pakai; mempunyai etos kerja tinggi, tetapi hidup sederhana; barang yang terbaik untuk dijual, sedangkan yang asal jadi, dipakai sendiri. Mereka juga jarang yang mau pakai sepeda motor, karena mengakibatkan polusi dan tidak sehat. Maka dari itu, umur mereka panjang-panjang. bahkan mencapai usia lebih dari 100 tahun.

China mungkin merupakan satu-satunya Negara komunis yang maju. Rusia yang merupakan dedengkot komunis dunia, dimana mereka telah bertahan dengan fahamnya selama 70 tahun, namun kemudian ambruk. Reformasi tidak membantu kehancuran perekonomian Rusia. Berbeda dengan China, dimana setelah direformasi, Negara ini malah melejit, padahal kedua Negara ini berangkat dari faham yang sama-sama komunis. Kemajuan ini tidak lain disebabkan oleh aplikasi budaya China pada system perekonomian dan kehidupan sehari-hari. Orang China selalu menerapkan bahwa biaya makan harus kurang dari penghasilan; sementara orang Rusia, biaya makan melebihi kapasitas hasil kerjanya (besar pasak daripada tiang). Disini terlihat bahwa etos kerja di kedua Negara jauh berbeda walaupun faham mereka sama. Saat ini, orang China berbondong-bondong pergi ke Moskow untuk menggarap lahan pertanian-pertanian yang banyak ditinggalkan karena kekurangan sumberdaya. Sehingga sekarang ini Rusia tampaknya berada di bawah kendali RRC.

China juga menjadi ancaman Amerika berkaitan dengan laju industrinya yang pesat. Para pengusaha Amerika sangat khawatir dengan ekspansi perdagangan China, dimana hamper pangsa pasar diwarnai produk China. Kekhawatiran ini membawa seorang pengusaha asal Negara adidaya itu meminta dengan hormat supaya China itu tidak mengekspor barang-barang seperti sekarang ini, karena kalau ini diteruskan, maka perekonomian Negara adidaya tersebut akan ambruk dalam 5 tahun. Jawaban orang China waktu itu adalah : "Saya tidak ingin mengekspor barang saya, kalau rakyat Anda tidak ingin membeli barang saya". Dengan demikian mereka tidak saja mengusai pasar dengan ekspansi barang dalam jumlah besar, tapi juga ekspansi dalam pemenuhan kebutuhan konsumen, produk China rata-rata menjawab kebutuhan konsumen dalam harga yang lebih terjangkau. Tidak ada nilai jual lain kecuali ini.


Re upload dari millis unpadstaff, disadur dari berbagai sumber.