Jumat, 19 Agustus 2011

Tuntutlah Ilmu Sampai Ke Negeri China

Orang Barat itu hebat dalam hal penelitian dan penemuan. Mereka meneliti sampai bisa menemukan listrik, kereta api, silinder, dsb. Adapun masalah berdagang dan mencari rezeki, jagonya adalah China. Bangsa China ini pekerja keras dan pekerja cerdas. Ini terlihat dari kenyataan kalau ayahnya jualan kacang buntelan, maka pada saat anaknya nanti, usahanya sudah menjadi pabrik kacang. Untuk itu, pantaslah Cina menyandang predikat sebagai enterpreneurship nomer satu di dunia. Sedangkan kalau makan tapi tidak kerja, jagonya adalah orang Indonesia. Jadi, orang Indonesia itu maunya, kalau kerja tidak berkeringat, tapi kalau makan, harus berkeringat. Berarti di sini kita mengalami hambatan budaya untuk maju.

Seandainya ibadah, tauhid, dan akhlaq kita digandengkan dengan etos kerjanya orang China, maka saya kira, itulah yang dimaksud oleh Hadits Rasulullah SAW:

“Bekerjalah untuk duniammu, seakan-akan engkau hidup selamanya; dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari”

Orang China di sana jarang omong. Mereka ngomong seperlunya, karena pekerjaan lebih mereka dahulukan. Berbeda dengan disini, berbincang sudah menjadi tradisi yang sulit dihindari. Belum apa-apa kita sudah sarapan pagi dengan gossip sambil minum dan makan cemilan, hal ini bisa berlangsung berjam-jam. Bahkan ada budaya salah satu suku dimana kaum laki-laki seolah-olah diharuskan duduk berlama-lama di warung kopi, sekedar menambah pergaulan. Ini disebut dengan wasting time (menyia-nyiakan waktu), padahal di dalam Hadits disebutkan bahwa orang yang menyia-nyiakan waktu atau hidupnya, berarti dia sedang disia-siakan oleh Allah SWT.

Dalam hal etos kerja, Islam mengajarkannya melalui Hadist Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah SAW ditanya: "Rezeki apa yang paling baik?", beliau menjawab; "Rezeki terbaik adalah rezeki hasil tangannya sendiri". Kadang-kadang, karena orang tua masih cukup, maka seseorang nebeng kepada orang tua, sementara dia sendiri tidak ada mempunyai kreativitas; sehingga begitu ditinggal oleh orang tuanya, dia akan kelabakan.

Kembali ke China, dimana perusahaan-perusahaan besar milik orang China di Indonesia, rata-rata Grand Manager-nya berusia di bawah 40 tahun. Misalnya: Gudang Garam, Djarum, dsb. Perusahaan-perusahaan itu sudah tidak dipegang oleh ayahnya, karena ayahnya sudah menjadi konsultan, sedangkan yang menjadi eksekutif commite-nya adalah anak-anaknya.

Sebenarnya, perintah melihat bangsa China adalah bagian dari Hadits yang menyatakan bahwa hikmah itu adalah milik orang mukmin. Kalau hikmah itu kececer pada orang lain, maka hikmah itu adalah milikmu. Jangan karena tidak Islam, lalu kamu memusuhi mereka. Karena mutiara itu kececer dan dipegang oleh orang lain, maka ambil kembali hikah itu. Contoh: Penelitian itu kan perintah Islam, lalu kenapa kita tidak memakai hasil penelitian orang Eropa?. Dulu, sebelum orang Eropa maju, yang bisa meneliti dalam bidang kedokteran, matematika, gizi, dsb. diteliti oleh ulama'-ulama' Islam. Oleh karena itu, ambillah hikmah dari mana saja, asal hikmah itu benar menurut syariat Islam.

Jadi, tidak bagus kalau ada orang yang membeda-bedakan antara daerah Islam dengan daerah yang tidak Islam. Karena di daerah Islam itu ada tauhid, namun ada kelemahan; sedangkan di daerah yang tidak Islam, ada kekufuran, namun ada kelebihannya. Hanya saja, sampai hari ini, orang-orang Timur Tengah, masih juga membagi peta antara Negara Islam dengan Negara tidak Islam, padahal mutiara-mutiara Islam sebagai agama, telah tercecer di sana-sana, karena tidak dipegang oleh orang muslim di negara Islam itu sendiri.

Diantara Negara-negara maju, China memang special. Bagaimana tidak?! mereka punya sesuatu, tapi tidak mau pakai; mempunyai etos kerja tinggi, tetapi hidup sederhana; barang yang terbaik untuk dijual, sedangkan yang asal jadi, dipakai sendiri. Mereka juga jarang yang mau pakai sepeda motor, karena mengakibatkan polusi dan tidak sehat. Maka dari itu, umur mereka panjang-panjang. bahkan mencapai usia lebih dari 100 tahun.

China mungkin merupakan satu-satunya Negara komunis yang maju. Rusia yang merupakan dedengkot komunis dunia, dimana mereka telah bertahan dengan fahamnya selama 70 tahun, namun kemudian ambruk. Reformasi tidak membantu kehancuran perekonomian Rusia. Berbeda dengan China, dimana setelah direformasi, Negara ini malah melejit, padahal kedua Negara ini berangkat dari faham yang sama-sama komunis. Kemajuan ini tidak lain disebabkan oleh aplikasi budaya China pada system perekonomian dan kehidupan sehari-hari. Orang China selalu menerapkan bahwa biaya makan harus kurang dari penghasilan; sementara orang Rusia, biaya makan melebihi kapasitas hasil kerjanya (besar pasak daripada tiang). Disini terlihat bahwa etos kerja di kedua Negara jauh berbeda walaupun faham mereka sama. Saat ini, orang China berbondong-bondong pergi ke Moskow untuk menggarap lahan pertanian-pertanian yang banyak ditinggalkan karena kekurangan sumberdaya. Sehingga sekarang ini Rusia tampaknya berada di bawah kendali RRC.

China juga menjadi ancaman Amerika berkaitan dengan laju industrinya yang pesat. Para pengusaha Amerika sangat khawatir dengan ekspansi perdagangan China, dimana hamper pangsa pasar diwarnai produk China. Kekhawatiran ini membawa seorang pengusaha asal Negara adidaya itu meminta dengan hormat supaya China itu tidak mengekspor barang-barang seperti sekarang ini, karena kalau ini diteruskan, maka perekonomian Negara adidaya tersebut akan ambruk dalam 5 tahun. Jawaban orang China waktu itu adalah : "Saya tidak ingin mengekspor barang saya, kalau rakyat Anda tidak ingin membeli barang saya". Dengan demikian mereka tidak saja mengusai pasar dengan ekspansi barang dalam jumlah besar, tapi juga ekspansi dalam pemenuhan kebutuhan konsumen, produk China rata-rata menjawab kebutuhan konsumen dalam harga yang lebih terjangkau. Tidak ada nilai jual lain kecuali ini.


Re upload dari millis unpadstaff, disadur dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar